Perkembangan dunia pariwisata beberapa tahun terakhir ini mulai menampakkan geliatnya. Terlebih pandangan masyarakat akan pariwisata kini telah begeser. Pariwisata telah menjadi sebuah kebutuhan primer, berbeda dibandingkan beberapa tahun lalu yang masih dianggap sebagai kebutuhan sekunder, bahkan tersier.
Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata Dinas Pemuda Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Semarang, Dra. Agustina Rudiati P., M.Si. dalam Seminar & Talkshow bertemakan “Pentingnya Pariwisata Berbasis Komunitas Terhadap Desa Wisata”, Kamis (14/1) di Auditorium Fakultas Teknologi Informasi (FTI). Namun sayang, dikatakan Agustina tingginya minat akan pariwisata di Indonesia tidak dibarengi dengan penguatan SDM pengelola.
“Pemerintah masih fokus pada infrastrukturnya saja. Agar pariwisata Indonesia berjalan signifikan perlu diterapkan konsep empat A kepariwisataan yang memiliki makna produk, sarana, fasilitas, serta pengorganisasian” terang Agustina.
Dikatakan Agustina, pengorganisasian menjadi penting. Meskipun destinasi sudah mememilki produk, sarana, fasilitas yang baik, namun apabila tidak ada yang mengatur maka ke depan dapat terbengkalai. “Pengorganisasian ini dapat pula memanfaatkan masyarakat sekitar sebagai komunitas. Tentu saja hal ini akan menguntungkan masyarakat,” tuturnya.
Potensi Wisata
Selain menghadirkan Agustina, kegiatan yang digagas oleh mahasiswa Program studi Destinasi Pariwisata (Despar) FTI Universitas Kristen Satya Wacana ini juga menghadirkan Trisno selaku Ketua Pokdarwis Desa Wisata Tanon Ngrawan Telomoyo dan Ridho Mukti seorang Traveller Kaskus sebagai narasumber. Penggagas desa wisata di Dusun Tanon ini setuju bahwa penguatan SDM akan bermanfaat bagi masyarakat yang berada di lingkungan yang memiliki potensi wisata.
Dirinya mencontohkan Dusun Tanon yang berada di Desa Ngrawan Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Desa yang masyarakatnya mengandalkan sektor pertanian dan peternakan sebagai mata pencarian ini memiliki banyak banyak potensi untuk menjadi desa wisata. Namun selama ini dusun Tanon lebih terkenal sebagai dusun yang terbelakang.
“Hal ini akhirnya memotivasi saya untuk memanjukan dusun Tanon. Malalui perjuangan panjang saat ini masyarakat mampu mengeksplorasi pengolahan susu sapi menjadi sabun susu dan susu herbal,” ujarnya. Tidak hanya itu saja, saat ini dusun Tanon juga mengubah brand image menjadi Desa Menari serta menawarkan beragam program sebagai desa wisata.
Dosen Prodi Destinasi Pariwisata Yesaya Sandang, S.H., M.Hum. menyebut bahwa saat ini pariwisata berbasis komunitas menjadi konsep kunci yang tengah dipelajari oleh mahasiswa. “Konsep pariwisata berbasis komunitas diharap tidak hanya bawa manfaat untuk pekerja di sektor pariwisata saja, namun juga harus berdampak bagi masyarakat lokal sebagai komunitas yang berada di lingkungan tersebut,” terang Yesaya. (chis/upk_bphl/foto:chis).