Suasana tak biasa nampak di salah satu sudut lantai 2 Fakultas Teknologi Informasi (FTI), Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) yang berada di Jalan Dr. O. Notohamidjojo Blotongan. Pasalnya, sejak Rabu (16/5) pagi digelar pameran Diskomvision oleh mahasiswa program studi Desain Komunikasi Visual (DKV) FTI.
Nampak pengunjung berdatangan untuk menyaksikan pameran yang menampilkan berbagai hasil karya visual seperti foto, editing, gambar, board game hingga film, yang jumlahnya mencapai 90 karya ini. Sembari ditemani musik yang mengalun pelan, pengunjung dapat menikmati karya mahasiswa berbagai angkatan.
Bagi pengunjung yang masih awam dengan karya visual, setiap creator telah menyisipkan catatan kecil diujung gambar sehingga pengunjung dapat memahami pesan yang ingin disampaikan. Seperti salah satu gambar diujung ruang yang cukup menarik perhatian beberapa pengunjung. Gambar hitam putih sederhana yang digambar menggunakan pensil tersebut menunjukan sosok wanita kulit hitam sedang memasang topeng putih di wajahnya.
Vison, mahasiswa angkatan 2016 yang membuat karya tersebut menjelaskan, wanita dalam gambar tersebut adalah korban bully-an segelintir oknum rasis karena kulitnya hitam. Sehingga Ia ingin mengganti jati diri, agar bisa diterima dilingkungannya. Dijelaskan Vison, fenomena seperti ini sangat banyak terjadi di masyarakat.
Krisis toleransi
Karya Vison tersebut adalah satu dari puluhan karya lainnya yang menggambarkan tema Diskomvision kali ini yakni “Intoleransi”. Menurut Gabriella Wirasendy sebagai koordinator kegiatan, tema tersebut diambil berdasarkan kondisi sosial masyarakat Indonesia, yang mana mengalami pergeseran toleransi antar suku, agama dan ras, dimana tidak ada lagi rasa saling menghargai satu sama lain, ingin menang sendiri dan rasis, sehingga memicu pertentangan dan saling membenci.
Mahasiswi yang biasa disapa Venta itu menjelaskan, maskot Diskomvision tahun ini adalah Bunglon yang juga mempunya filosofi sendiri. Alasan panitia memilih bunglon karena hewan yang menyerupai kadal itu adalah hewan yang bisa berganti warna menyerupai tempatnya berada. Artinya, sebagai makhluk sosial, seharusnya kita bisa mengambil contoh dari bunglon, yang bisa menyesuaikan diri dengan lingkungannya tanpa harus mengubah jati dirinya.
“Harapannya lewat ajang Diskomvision ini, karya mahasiswa DKV yang di pajang bisa menggugah hati pengunjung agar tetap menjaga toleransi, karena menerima perbedaan itu tidak akan menghilangkan jati diri kita, justru itu akan meberikan rasa damai,” terang mahasiswi angkatan 2015 itu.
Selain untuk menghibur, tujuan dari pameran ini juga untuk mengasah bakat mahasiswa DKV di masing-masing konsentrasi, misalnya dari fotografi, desain grafis dan multimedia. Pameran ini ditutup dengan malam penghargaan pada Sabtu, (19/5) di lapangan basket UKSW. Acara penutupan ini dirangkai dengan ulang tahun program studi DKV yang ke 10 tahun. (griv_jurkam/chis/upk_bpha/foto:adn)